Pandemi Covid-19 menyadarkan banyak orang mengenai pentingnya kekuatan riset dan industri farmasi dalam perkuatan ketahanan negara. Kondisi pandemi membuat peran industri dalam menjaga ketersediaan obat dan vaksin yang bermutu, aman dan berkhasiat menjadi bertambah signifikan.
Kapasitas dan kekuatan sektor kesehatan yang sesungguhnya dimiliki Indonesia terlihat jelas pada masa pandemi. Pidato Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR tanggal 16 Agustus 2021 menyebutkan bahwa kemandirian industri obat, vaksin dan alat kesehatan masih menjadi “kelemahan serius yang harus kita pecahkan”. Industri farmasi sendiri telah berupaya untuk menjawab tantangan tersebut melalui efisiensi operasional industri farmasi dengan tetap memenuhi standar dan berdaya saing dengan harga yang terjangkau.
Untuk mendukung kebangkitan industri farmasi di Indonesia, dibutuhkan sinergisme upaya dan kerjasama yang era antara para pemangku kepentingan di pemerintah, industri, dan akademisi.
FGD tersebut memiliki tujuan mempertemukan perwakilan dari Triple Helix, yaitu Kementerian Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, Industri Farmasi dan Asosiasinya, Industri Kimia Dasar dan beberapa peneliti Universitas/Institut/Lembaga penelitian untuk mengidentifikasi tantangan dan kesempatan, memetakan potensi dan harapan untuk fasilitasi kesiapan teknologi, hilirisasi maupun kesiapan regulasi guna kemandirian obat dan bahan baku obat. Hasil diskusi diharapkan dapat menjadi titik poin baru percepatan kemandirian sector farmasi di Indonesia.
Pertemuan diselenggarakan selama dua hari dengan topik diskusi yang berbeda di masing-masing hari. Pada setiap harinya, diskusi diawali dengan pemaparan pemetaan masalah oleh pihak terkait diikuti dengan tanggapan dan diskusi interaktif untuk merekomendasikan solusi dan rencana aksi. Pertemuan terdiri dari beberapa sesi, yaitu:
1. Sesi Utama dengan topik Peran Pemerintah dalam mendukung Kemandirian Industri Farmasi dengan presenter dari Kemenko PMK, BRIN, Kemenko Marvest, Kementerian Kesehatan.
2. Sesi 1 dengan topik Perkuatan Industri Farmasi di Indonesia dan presenter dengan presenter dari GPFI, IPMG, PT Ferring, PT CKD Otto, PT B Braun, PT Ferron Par Pharmaceuticals, PT Novell Pharmaceutical Laboratories, PT Tunggal Idaman Abdi.
3. Sesi 2 dengan topik Membangun Ekosistem Pengembangan Produk Biologi/Bioteknologi Nasional dengan presenter dari Massachusettes Life Science, Beneras Pharma US, Kalbio US, Cansino, Oxford University, PT Bio Farma, Combiphar.
4. Sesi 3 degan topik Pengawalan dan Pengembangan Fasilitas Produksi Bahan Baku Obat Dalam Negeri dengan presenter dari Kemenperin, Kemenkes, BRIN, PT Kilang Pertamina International, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopea, PT Meiji Indonesia, PT Riasima Abadi Farma, PT Hexpharm Jaya, PT Kimia Farma, PT Interbat.
Dalam pertemuan tersebut juga dilakukan penyerahan sertifikat CPOB dan persetujuan penggunaan Bersama untuk pelaku usaha sebagai berikut:
1. PT Kalbio Global Medika
2. PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopeia
3. PT Novell Pharmaceutical Laboratories
4. PT Bifarma Adiluhung